Seperti biasa pada pagi yang cerah Kartika bersiap untuk berangkat sekolah. Kartika S, gadis cantik bertubuh tinggi, sexy dan putih mulus. Gadis berkacamata ini cukup pintar dan rajin dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Dia dikenal sebagai gadis nomor satu disekolahnya. Sifatnya yang tomboy memudahkan para teman prianya untuk menikmati tubuh Kartika dengan memandangi payudara, paha, pinggul, ketiak dan pantatnya yang besar. Karena Kartika sangat mudah bergaul dengan anak cowok. Tinggi Kartika sekitar 168 cm, dan beratnya 55 kg.
Kartika memang mempunyai tubuh yang paling sempurna di sekolahnya. Dengan ukuran bra 36B, ia kadang tidak memakai bra untuk menyangga susunya ketika bermain dengan teman-temannya. Para teman cowoknya yang beruntung saat itu, akan dapat menikmati pemandangan yang membuat jakun pria naik turun. Mereka berharap bisa menjamah kantong susu itu, dan meminum susunya. Meskipun tidak mengenakan bra, susu Kartika yang hanya ditutupi kaos terlihat kencang dan tegak. Itu karena Kartika rajin berolahraga, baik itu push-up, sit-up, jogging, basket, dll. Sehingga susunya pun sangat padat dan kenyal. Tapi yang paling menonjol adalah buah pantatnya yang besar dan luar biasa montok. Kartika terpilih mempunyai pantat terindah oleh teman-teman cowoknya. Disamping itu Kartika selalu memakai rok birunya yang ketat, pantatnyapun bergantian naik-turun ketika ia berjalan. Garis celana dalamnya tercetak jelas di belakang roknya, menandakan betapa padat dan montoknya pantatnya.
Selama proses belajar mengajar, para guru laki-laki yang mengajarnya sering memperhatikan Belahan payudara Kartika yang kadang terlihat sedikit menyembul keluar, dan roknya yang tersingkap sehingga pahanya yang putih mulus terpampang jelas dimata gurunya. Kartika kadang sengaja membiarkan beberapa bagian tubuhnya diamati. Kartika mempunyai pinggul yang lebar, pantat yang sekal dan paha yang besar dan gempal menggairahkan. bahkan tidak jarang teman-teman cowok dikelasnya yang nekat masturbasi dikelas ketika sedang jam pelajaran, karena tidak tahan melihat paha atau pantat Kartika didepannya. Kartika sangat bersemangat disekolahnya. Ia aktif mengikuti kegiatan ekstra di sekolahnya seperti pramuka dan paskibraka. Kartika sekolah di sebuah SMU swasta yang terkenal dikotanya, sekarang ia kelas 3.
“Halo Kartika kok jalan?”, tanya si pengendara mobil itu yang ternyata adalah Pak Bambang guru Fisikanya.
“Lho Bapak kok jam segini sudah berangkat?” tanya Kartika spontan.
“Iya saya habis nginap di tempat saudara, takutnya telat. Kalo mo ke sekolah, ayo ikut Bapak saja” ajak Pak Bambang.
Karena Kartika sudah kenal benar dengan yang namanya Pak Bambang. Akhirnya mau juga nebeng Pak Bambang. Tapi Kartika nggak tahu disitulah awal bencana bagi Kartika.
“Dik Kartika nggak keberatan khan kalau kita mampir dulu ke rumah adik saya, soalnya saya baru ingat kalau buku laporan saya tertinggal di sana?” Pak Bambang membuat alasan.
“Iya Pak tapi cepetan yah, biar nggak telat”
Tiba-tiba Pak Bambang mempercepat kecepatan mobilnya dengan sangat tinggi dan arahnya ke rumah kosong di pedesaan yang jarang terjamah orang.
Sesampainya disitu Kartika ditarik dengan paksa masuk ke dalam rumah kosong dan disitu sudah ada Pak Wahyu, Pak Joko yang merupakan wali kelas Kartika yang sudah lama mengamati Kartika dan nggak ketinggalan kepala sekolah Pak Budi dan wakil kepala sekolahnya yang namanya Pak Dono. Mereka semua nampaknya sudah menunggu semenjak tadi.
“Halo Kartika, sudah ditunggu dari tadi lho?”, seru salah seorang dari mereka.
“Apa-apaan nih? Apa yang Bapak-Bapak lakukan disini?”, Kartika mulai kebingungan.
Kartika menjerit karena dia mulai digerayangi.
“Bangsat tua bangka jangan coba-coba sentuh saya”.
“Diam, kamu pengin lulus nggak? Berani melawan perintah gurumu yah”, kata Pak Budi selaku guru Matematika.
Kartika mencoba melawan dengan memukuli dan menendang gurunya. Tapi Kartika kalah setelah ia dihantam perutnya oleh Pak Joko guru olahraganya, dan di gampar pipinya berkali-kali sampai Kartika kelenger hingga merah dan bibirnya berdarah. Kartika meringis kesakitan.
“Nah sekarang emut dan hisep kontol saya, kontol Pak Andi, kontol Pak Joko dan Pak Dono yang kenceng nyedotnya, kalo nggak saya obrak-abrik rahim kamu biar nggak bisa punya anak Mau?”,
Karena ketakutan akhirnya Kartika mengulum kontol para gurunya. Kartika menyedot penis mereka satu-persatu dengan bibirnya yang merah dan mulutnya yang mungil, sambil tangannya menggenggam penis para Bapak guru sambil mengocok-ngocoknya.
“Nah gitu terus yang enak ayo jangan berhenti, telen pejuhnya biar kamu tambah pinter”, seru Pak Bambang.
“Mmmphh, slerrpp, mmhh” Dengan terpaksa Kartika menghisap kontol-kontol mereka sampe mereka semua pada orgasme.
“Edan, nih cewek nyepongnya mantep banget Kartika, lo pasti sudah sering nyepongin kontol temen-temen lo yah? haa, ha, ha, ha”.
Guru Kartika satu persatu menyemburkan sperma mereka ke dalam mulut Kartika, dan mengalir ke tenggorokannya. Walaupun Kartika hampir muntah dia memaksakan untuk menelan pejuh kelima orang itu. Dia masih tak percaya dioral oleh gurunya sendiri. Wajah Kartika mulai terlihat kelenger lagi, sepertinya ia mabuk sperma, merasakan mual pada perutnya.
Setelah mereka puas memperkosa mulut Kartika ternyata mereka langsung menelanjangi Kartika. Pak Dono memegang kedua tangan Kartika, Pak Budi memelorotkan rok abu-abunya, Pak Joko merobek pakaian dan kutang Kartika.
“Nih murid teteknya putih banget, gede lagi, putingnya coklat pasti manis nih Wahh, kenyal sekali, lembut banget Bapak-Bapak” Pak Joko mengomentari payudara Kartika, sambil mulai meremas-remas payudara Kartika.
Dalam sekejap Kartika sudah dalam keadaan tanpa busana.
“Jangan Pak jangan, atau saya akan melapor ke polisi”, seru Kartika sambil teriak.
“Ooo, coba saja nanti, sekarang sebaiknya kamu persiapkan diri kamu untuk menerima pelajaran khusus” Seru Pak Budi sambil menjambak rambut Kartika.
Kartika sekarang hanya mengenakan celana dalam putih saja.
Ketika Pak Budi hendak beraksi tiba-tiba Pak Bambang protes, “karena saya yang dapat perek ini maka saya duluan yang memperkosanya.”
Tanpa membuang waktu lagi kini diputarnya tubuh Kartika menjadi tengkurap, kedua tangannya yang ditarik kebelakang menempel dipunggung sementara dada dan wajahnya menyentuh kasur. Kedua tangan kasar Pak Bambang itu kini mengusap-usap bagian pantat Kartika, dirasakan olehnya pantat Kartika yang sekal. Sesekali tangannya menyabet pantat Kartika dengan keras, bagai seorang Ibu yang tengah menyabet pantat anaknya yang nakal “Plak, Plak.”.
“Wah sekal sekali pantat kamu Kartika, kenyal, gila nih Don, paha murid kita satu ini gede amat. Putihnya ya ampun, banyak bulu-bulu halusnya lagi di pahanya” ujar Pak Bambang sambil terus mengusap-usap dan memijit-mijit pantat Kartika sambil sesekali mencabuti bulu-bulu di paha Kartika yang putih gempal itu.
Kartika mengaduh kesakitan.
“Bakal mabuk nih kita nikmatin pantat segede gini, seperti bokong sapi aja.”
“Montoknya, ya ampun, gede, kenyal lagi” sambil memijat pantat Kartika yang memerah karena tamparan tangan Pak Bambang.
Pak Dono lalu menjilati dan menggigiti bongkahan pantat si Kartika.
“Aakhh, bangsat, keparat, jangan sentuh pantat gue”, Kartika membentak mereka.
“Plakk” sebuah tamparan sangat keras ke pipi Kartika.
“Diam kamu, pelacur pengin gue rontokin gigi putih loe”, Pak Dono balas membentak.
Kartika hanya diam pasrah, sementara tangisannya mulai terdengar. Tangisnya terdengar semakin keras ketika tangan kanan Pak Bambang secara perlahan-lahan mengusap kaki Kartika mulai dari betis naik terus kebagian paha lalu mengelus-elus paha mulus putih Kartika dan akhirnya menyusup masuk kedalam roknya hingga menyentuh kebagian selangkangannya.
“Jangan paak, saya mohon, saya masih perawan pakk”, Kartika teriak ketakutan.
Sesampainya dibagian itu, salah satu jari tangan kanan Pak Bambang, yaitu jari tengahnya menyusup masuk kecelana dalamnya dan langsung menyentuh kemaluannya. Kontan saja hal ini membuat badan Kartika agak menggeliat, dia mulai sedikit meronta-ronta, namun jari tengah Pak Bambang tadi langsung menusuk lobang kemaluan Kartika.
“Egghhmm, oohh, shitt, shitt”, Kartika menjerit badannya mengejang tatkala jari telunjuk Pak Bambang masuk kedalam liang kewanitaannya itu.
Badan Kartika pun langsung menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan, ketika Pak Bambang memainkan jarinya itu didalam lobang kemaluan Kartika. Nafas Kartika terengah-engah sambil mengerang kesakitan.
Dengan tersenyum terus dikorek-koreknyalah lobang kemaluan Kartika, sementara itu badan Kartika menggeliat-geliat jadinya, matanya merem-melek, mulutnya mengeluarkan rintihan-rintihan yang keluar dari mulutnya itu Pak Bambang menciumi bibir vagina Kartika sambil sesekali memasukkan lidahnya kedalam liang vagina Kartika, kepala Pak Bambang menghilang di bawah selangkangan Kartika sambil kedua tangannya dari bawah meremas -remas pantat Kartika. Sementara Pak Dono meremas payudara kanan Kartika, dan mulutnya mengulum payudara Kartika satunya lagi.
“Pak Bambang, susu murid kesayanganmu ini gurih sekali, harum lagi, kualitas nomer satu”.
Pak Dono asyik menyantap payudara Kartika, yang ranum padat dan kenyal sekali.
“Ehhmmpphh, mmpphh, ouughh, sakii..iit, paa..ak”.
Kartika terus mengerang kesakitan pada kedua buah dadanya dan kenikmatan pada kemaluannya. Setelah beberapa menit lamanya, kemaluan Kartikapun menjadi basah oleh cairan kewanitaannya, Pak Bambang kemudian mencabut jarinya.
Melihat Kartika yang meronta-ronta, Pak Bambang semakin bernafsu dan dia segera menghunjamkan penisnya ke dalam vagina Kartika yang masih perawan. Walaupun vagina Kartika sudah basah oleh air liur Pak Bambang dan cairan vagina Kartika yang keluar, namun Pak Bambang masih merasakan kesulitan saat memasukkan penisnya, karena vagina Kartika yang perawan masih sangat sempit. Kartika hanya dapat menangis dan berteriak kesakitan karena keperawanannya yang telah dia jaga selama ini akan direnggut dengan paksa seperti itu oleh gurunya sendiri. Lalu dengan ngacengnya Pak Bambang memasukkan batang penisnya lagi.
“Auw aduh duh sshh, saakkii..iitt, pakk.. ammpuu..uunn”, terdengar suara dari mulut Kartika yang terlihat kesakitan.
Dia mulai menangis sambil mendesah menikmati kontol Pak Bambang yang mengaduk-aduk liang peranakannya. Terlihat jelas raut wajah Kartika yang menahan sakit luar biasa pada selangkangannya.
Kartika sekarang lebih terdengar suara tertahan ketika penis disodok-sodokkan ke lubang memeknya.
“Huek, hek, hek aah oohh jangan, uh, duh, ampunn pakk”, ternyata Kartika telah orgasme.
Sungguh mengasyikan melihat expresi Kartika yang merem-merem sambil menggigit bibir bawahnya. Pak Bambang terus menggenjot memek Kartika. Menit-menitpun berlalu dengan cepat, masih dengan sekuat tenaga Pak Bambang terus menggenjot tubuh Kartika, Kartikapun nampak semakin kepayahan karena sekian lamanya Pak Bambang menggenjot tubuhnya. Rasa pedih dan sakitnya seolah telah hilang, erangan dan rintihanpun kini melemah, matanya mulai setengah tertutup dan hanya bagian putihnya saja yang terlihat, sementara itu bibirnya menganga mengeluarkan alunan-alunan rintihan lemah, “Ahh, ahh, oouuhh”.
Lalu Pak Bambang memposisikan tubuh Kartika menungging. Pantat Kartika sekarang terlihat kokoh menantang, ditopang paha panjangnya yang putih dan tegak. Pak Bambang memasukkan kejantanannya yang berukuran 20 cm lebih itu ke vagina Kartika hingga terbenam seluruhnya, lalu dia menariknya lagi dan dengan tiba-tiba sepenuh tenaga dihujamkannya benda panjang itu ke dalam rongga vagina Kartika hingga membuatnya tersentak kaget dan kesakitan sampai matanya membelalak disertai teriakan panjang.
“Aaahh, Stoop, kumohon jangan”.
Kedua tangan Pak Bambang memegang pantat Kartika, sedangkan pinggulnya bergoyang-goyang berirama. Sesekali tangan Pak Bambang mengelus-elus pantat Kartika dan sesekali meremas payudara Kartika dari belakang.
Beberapa menit kemudian, Pak Bambang kembali mempercepat goyangan pinggulnya, kemudian dia menarik kedua tangan Kartika. Jadi sekarang persis seperti menunggangi kuda lumping, kedua tangan Kartika dipegang dari belakang sedangkan pantatnya digoyang seirama sodokan penis Pak Bambang. Karena tidak disangga kedua tangannya lagi, kini buah dada Kartika tergencet di atas tikar tipis sebagai alas Kartika disetubuhi. Sedangkan wajah Kartika menghadap keatas dengan mulut menganga mengerang kesakitan. Melihat keadaan Kartika seperti itu, Pak Bambang semakin bersemangat mengebor liang vagina Kartika.
“Anjingg, bangsaatt, perekk, loo, Kartika ngentoott, gue entotin loo”.
Pak Bambang merancau tak jelas. Dan akhirnya Pak Bambang pun berejakulasi di lobang kemaluan Kartika, kemaluannya menyemburkan cairan kental yang luar biasa banyaknya memenuhi rahim Kartika.
“Aa, aakkhh, oohh”, sambil mengejan Pak Bambang melolong panjang bak serigala, tubuhnya mengeras dengan kepala menengadah keatas.
“Aoohh, oouuhh, bangsaatt, shitt, shitt”.
Kartika mengumpat sambil mendesah, tubuhnya mengejang merasakan air mani Pak Bambang membanjiri rahimnya. Puas sudah dia menyetubuhi Kartika, rasa puasnya berlipat-lipat baik itu puas karena telah mencapai klimaks dalam seksnya, puas dalam menyetubuhi Kartika, puas dalam merobek keperawanan Kartika dan puas dalam memberi pelajaran kepada gadis nomor satu di sekolah itu.
Kartika menyambutnya dengan mata yang secara tiba-tiba terbelalak, dia sadar bahwa gurunya telah berejakulasi karena dirasakannya ada cairan-cairan hangat yang menyembur membanjiri vaginanya. Cairan kental hangat yang bercampur darah itu memenuhi lobang kemaluan Kartika sampai sampai meluber keluar membasahi paha dan sprei kasur. Kartika yang menyadari itu semua, mulai menangis namun kini tubuhnya sudah lemah sekali.
Setelah itu Pak Andi maju untuk mengambil giliran. Kali ini Pak Andi mengangkat kedua kaki Kartika ke atas pundaknya, dan kemudian dengan tidak sabar dia segera menancapkan penisnya yang sudah tegang ke dalam vagina Kartika. Pak Andi masih mengalami kesulitan saat memasukkan penisnya, meskipun vagina Kartika kini sudah licin oleh sperma Pak Bambang dan juga cairan vagina Kartika. Vagina Kartika masih sangat sempit. Kembali vagina Kartika diperkosa secara brutal oleh Pak Andi, dan Kartika lagi-lagi hanya dapat berteriak kesakitan.
“Bangsatt, akkhh, bajingaann, sudahh, sudahh, keparaatt”
Namun kali ini Kartika tidak berontak lagi, karena dia pikir itu hanya akan membuat gurunya semakin bernafsu saja.
Sementara itu Pak Andi terus memompa vagina Kartika dengan cepat sambil satu tangannya meremas-remas payudara Kartika yang bulat kenyal dan tidak lama kemudian dia mencapai puncaknya dan mengeluarkan seluruh spermanya di dalam vagina Kartika.
“Ooohh, makan nih pejuh gue”.
Kartika hanya dapat meringis kesakitan, tubuhnya telentang tidak berdaya di lantai. Walaupun tangan dan kakinya sudah tidak dipegangi lagi, dan membayangkan dirinya akan hamil karena saat ini adalah masa suburnya. Dia dapat merasakan ada cairan hangat yang masuk ke dalam vaginanya. Darah perawan Kartika dan sebagian sperma Pak Andi mengalir lagi keluar dari vaginanya.
“Hmmpphh, hhmmpp, oohhkk, oughh”, Kartika menjerit dengan tubuhnya yang mengejang ketika Pak Budi mulai menanamkan batang kemaluannya didalam lobang kemaluan Kartika.
Matanya terbelalak menahan rasa sakit dikemaluannya, tubuhnya menggeliat-geliat sementara Pak Budi terus berusaha menancapkan seluruh batang kemaluannya. Memang agak sulit selain meskipun sudah dimasuki dua penis tadi, usia Kartika juga masih tergolong muda sehingga kemaluannya masih sangat sempit.
Akhirnya dengan sekuat tenaganya, Pak Budi berhasil menanamkan seluruh batang kemaluannya didalam vagina Kartika. Tubuh Kartika berguncang-guncang disaat itu karena dia menangis merasakan sakit dan pedih tak terkirakan dikemaluannya itu. Diapun terus memohon kepada Pak Budi agar mau melepaskannya.
“Ahh, rasain loe, akhirnya aku bisa ngerasain jepitan memek kamu sayang”, bisiknya ketelinga Kartika.
“Oouuhh, Paakk, saakiitt, Paak, ampuunn”, rintih Kartika dengan suara yang megap-megap.
Jelas Pak Budi tidak perduli. Dia malahan langsung menggenjot tubuhnya memompakan batang kemaluannya keluar masuk lobang kemaluan Kartika. cerita sex pemerkosaan perawan
“Aakkhh, oohh, oouuhh, oohhggh”, Kartika merintih-rintih, disaat tubuhnya digenjot Oleh Pak Budi, badannyapun semakin menggeliat-geliat.
Otot-otot dinding vaginanya kuat mengurut-urut batang kemaluan Pak Budi yang tertanam didalamnya, karenanya Pak Budi merasa semakin nikmat. Sambil memukuli perut Kartika dengan tangannya, berharap agar vagina Kartika mencengkram penisnya dengan lebih erat karena lobang vagina Kartika semakin mengendur.
Tiba-tiba Pak Budi mencabut penisnya dan dia duduk di atas dada Kartika. Pak Budi mendempetkan kedua buah payudara Kartika yang kecil dengan kedua tangannya dan menggosok-gosokkan penisnya di antara celah kedua payudara Kartika, sampai akhirnya dia memuncratkan spermanya ke arah wajah Kartika. Kartika gelagapan karena sperma Pak Budi mengenai bibir dan juga matanya. Setelah itu Pak Budi masih sempat membersihkan sisa sperma yang menempel di penisnya dengan mengoleskan penisnya ke payudara Kartika dan ke puting susunya. Kemudian Pak Budi menampar payudara Kartika yang kiri dan kanan berkali-kali, sehingga payudara Kartika berwarna kemerahan dan membuat Kartika merasa perih dan kesakitan.
Selanjutnya dua orang, Pak Joko dan Pak Dono maju. Mereka kini menyuruh Kartika untuk mengambil posisi seperti merangkak. Kemudian Pak Joko berlutut di belakang pantat Kartika dan mulai mencoba memasukkan penisnya ke lubang anus Kartika yang sangat sempit.
“Gila nih cewek, bokongnya montok banget kenyal lagi, lihat nih Tin paha si Kartika. Gempal, gede, Putih banget. Bener kata Pak Bambang” Kata Pak Joko.
“Ampuunn, jangan sodomi saya paakk, saya mohoonn”.
Membayangkan kesakitan yang akan dialaminya, Kartika mencoba untuk berdiri, tetapi kepalanya dipegang oleh Pak Dono yang segera mendorong wajah Kartika ke arah penisnya. Kini Kartika dipaksa mengulum dan menjilat penis Pak Dono. Penis Pak Dono yang tidak terlalu besar tertelan semuanya di dalam mulut Kartika.
Sementara itu, Pak Joko masih berusaha membesarkan lubang anus Kartika dengan cara menusuk-nusukkan jarinya ke dalam lubang anus Kartika.
“Akkhh, oohh, aahh, sshh, perihh, pakk”
Sesekali Pak Joko menampar pantat Kartika dengan keras, sehingga Kartika merasakan pantatnya panas.
“Gila nih perek, bokongnya gede tapi lobangnya kecil banget” Kemudian Pak Joko juga berusaha melicinkan lubang anus Kartika dengan cara menjilatinya.
Kartika merasakan sensasi aneh yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya saat lidah Pak Joko menjilati lubang anusnya. Ia berada dibelakang Kartika dengan posisi menghadap punggung Kartika.
Ketika lobang dubur Kartika agak terbuka, Pak Joko menuang sebotol minyak goreng kedalam lobang dubur Kartika. Setelah itu kembali direntangkannya kedua kaki Kartika selebar bahu, dan, “Aaakkhh.”, Kartika melolong panjang, badannya mengejang dan terangkat dari tempat tidur disaat Pak Joko menanamkan batang kemaluannya didalam lobang anus Kartika. Rasa sakit tiada tara kembali dirasakan didaerah selangkangannya, dengan agak susah payah kembali Pak Joko berhasil menanamkan batang kemaluannya didalam lobang anus Kartika, meskipun baru masuk setengahnya. Setelah itu tubuh Kartika kembali disodok-sodok, kedua tangan Pak Joko meraih payudara Kartika serta meremas-remasnya.
Tidak lama kemudian Kartika kembali menjerit kesakitan. Rupanya anusnya sudah jebol oleh penis Pak Joko yang berhasil masuk seluruhnya dengan paksa. Kini Pak Joko memperkosa anus Kartika perlahan-lahan, karena lubang anus Kartika masih sangat sempit dan kering. Ketika Pak Joko menarik penisnya, mulut dubur Kartika ikut tertarik sehingga terlihat monyong keluar. Lalu Pak Joko menyodokkan lagi penisnya, sehingga kini dubur pantat Kartika mengempot.
“Aaakkhh, ouughh, sakii..iitt, pak, periihh, akuu, nggakk.. kuatt, pakk, periihh, sakiitt”.
Kartika menjerit keras sekali, ia baru saja merasakan rasa sakit yang teramat-sangat yang pernah dirasakannya. Pak Joko merasakan kesakitan sekaligus kenikmatan yang luar biasa saat penisnya dijepit oleh anus Kartika. Pak Joko merasa penisnya lecet didalam pantat Kartika. Kenikmatan yang terus-menerus dirasakannya ketika menunggangi pantat Kartika. Tak terbayang bagaimana wajah orang tua Kartika, jika menyaksikan persetubuhan yang tidak manusiawi yang dialami putrinya. Anak perempuan yang mereka rawat dengan kasih sayang hingga remaja dan dibiayai, sekarang tubuhnya sedang menungging telanjang bulat, pantatnya disodomi oleh gurunya sendiri.
Seperempat jam lamanya Pak Joko menyodomi Kartika, waktu yang lama bagi Kartika yang semakin tersiksa itu.
“Eegghh, aakkhh, oohh”.
Dengan mata merem-melek serta tubuh tersodok-sodok, Kartika merintih-rintih, sementara itu kedua payudaranya diremas-remas oleh kedua tangan Pak Joko. Saat Kartika berteriak, kembali Pak Dono mendorong penisnya ke dalam mulut Kartika, sehingga kini Kartika hanya dapat mengeluarkan suara erangan yang tertahan, karena mulutnya penuh oleh penis Pak Dono. Tubuh Kartika terdorong ke depan dan ke belakang mengikuti gerakan penis di anus dan mulutnya.
Kedua payudara Kartika yang menggantung dengan indah bergoyang-goyang karena gerakan tubuhnya diremas-remas dengan brutal oleh Pak Joko. Kartika berteriak-teriak kesakitan.
“Aakkhh, oohh, oouhh, aammp, uunn, pakk”
Keadaan ini terus berlangsung sampai akhirnya Pak Joko dan Pak Dono mencapai klimaks hampir secara bersamaan. Pak Joko yang sudah tidak tahan karena seret dan panasnya dubur Kartika menyemburkan spermanya di dalam anus Kartika, Kartika merasakan perih pada rongga duburnya yang lecet tersiram sperma Pak Joko. Dan Pak Dono menyemburkan spermanya di dalam mulut Kartika. Kartika terpaksa menelan semua sperma Pak Dono agar dia dapat tetap bernafas. Kartika hampir muntah merasakan sperma itu masuk ke dalam kerongkongannya, namun tidak dapat karena penis Pak Dono masih berada di dalam mulutnya. Kartika membiarkan saja penis Pak Dono berada di dalam mulutnya untuk beberapa saat sampai Pak Dono menarik keluar penisnya dari mulut Kartika. Sebagian sisi sperma Pak Dono yang tidak tertelan meluber keluar bercampur dengan air liur Kartika.
Kemudian Pak Dono memaksa Kartika untuk membersihkan penisnya dari sperma dengan cara menjilatinya. Pak Joko juga masih membiarkan penisnya di dalam anus Kartika dan sesekali masih menggerak-gerakkan penisnya di dalam anus Kartika, mencoba untuk merasakan kenikmatan yang lebih banyak. Kartika dapat merasakan kehangatan sperma di dalam lubang anusnya yang secara perlahan mengalir keluar dari lubang anusnya. Perih yang luar biasa dirasakan lobang pantat Kartika yang lecet-lecet.
Setelah Pak Joko mencabut penisnya dari anus Kartika, lalu Pak Dion mengambil kursi dan duduk di atasnya. Dia menarik Kartika mendekati dan mengangkat tubuh Kartika lalu memposisikan mengangkangi penisnya menghadap dirinya. Pak Dion kemudian mengarahkan penisnya ke vagina Kartika, dan kemudian memaksa Kartika untuk duduk di atas pangkuannya, sehingga seluruh penis Pak Dion langsung masuk ke dalam vagina Kartika.
“Aohh, oouuhh, sakii..itt, udahh, Paak, ngiluu paakk”, Kartika mengerang kesakitan.
Setelah itu, Kartika dipaksa bergerak naik turun, sementara Pak Dion meremas dan menjilati kedua payudara dan puting susu Kartika. Sesekali Pak Dion menyuruh Kartika untuk menghentikan gerakannya untuk menahan orgasmenya. Pak Dion dapat merasakan vagina Kartika berdenyut-denyut seperti memijat penisnya, dan dia juga dapat merasakan kehangatan vagina Kartika yang sudah basah.
Pak Dion masih belum puas. Dia memiringkan tubuh Kartika lalu mengangkat kaki kanan Kartika ke bahunya dan mulai menyodok-nyodokan penisnya di liang kemaluan Kartika. Kartika menahan sakit bercampur nikmat itu dengan menggigit bibirnya sendiri hingga berdarah, wajahnya yang sudah penuh air mata dan memar bekas tamparan itu tidak membuat iba gurunya itu. Pak Dion tanpa kenal ampun berkali-kali menghujamkan senjatanya dengan sepenuh tenaga. Temannya yang gendut itu juga menjilati payudara Kartika yang bergoyang-goyang akibat irama pinggul Pak Dion, lidahnya bermain-main di ujung putingnya yang sudah sangat keras. Pak Dion tidak dapat bertahan lama, karena dia sudah sangat terangsang sebelumnya ketika melihat Kartika diperkosa oleh para rekannya, sehingga dia langsung memuncratkan spermanya ke dalam vagina Kartika. Kartika kembali merasakan kehangatan yang mengalir di dalam vaginanya. cerita sex pemerkosaan perawan
Selanjutnya, Pak Gatot yang mengambil giliran untuk memperkosa Kartika. Dia menarik Kartika dari pangkuan Pak Dion, kemudian dia sendiri tidur telentang di lantai. Kartika disuruh untuk berlutut dengan kaki mengangkang di atas penis Pak Gatot. Kemudian secara kasar Pak Gatot menarik pantat Kartika turun, sehingga vagina Kartika langsung terhunjam oleh penis Pak Gatot yang sudah berdiri keras.
“Akkhh, aakkhh, oogghh,”. teriakan memilukan keluar dari mulut Kartika.
Penis Pak Gatot, yang jauh lebih besar daripada penis-penis sebelumnya meskipun tubuhnya pendek yang memasuki vagina Kartika, masuk semuanya ke dalam vagina Kartika, membuat Kartika kembali merasakan kesakitan karena ada benda keras yang masuk jauh ke dalam vaginanya. Kartika merasa vaginanya dikoyak-koyak oleh penis Pak Gatot. Pak Gatot memaksa Kartika untuk terus menggerakkan pinggulnya naik turun, sehingga penis Pak Gatot dapat bergerak keluar masuk vagina Kartika dengan leluasa. Kedua Payudara Kartika besar menggantung bebas, naik turun seirama tubuhnya.
Kemudian Pak Gatot menjepit kedua puting susu Kartika dan menariknya ke arah dadanya, sehingga kini payudara Kartika berhimpit dengan dada Pak Gatot. Pak Gatot benar-benar terangsang saat merasakan kedua payudara Kartika yang kenyal dan hangat menempel rapat ke dadanya. Melihat posisi seperti itu, Pak Joko melepas ikat pinggangnya dan mulai mencambuk punggung dan bongkahan pantat Kartika beberapa kali.
“Akkhh, aakhh, damn, shitt”, Kartika kembali merasakan perih luar biasa pada punggung, pantat, dan pahanya.
Cambukan Pak Joko sangat keras sehingga membuat garis lurus merah di kulit punggung pantat, dan paha Kartika.
Walaupun cambukan itu tidak terlalu keras, namun Kartika tetap merasakan perih dan panas di punggung dan pantatnya, sehingga dia berhenti menggerakkan pinggulnya. Merasakan bahwa gerakan Kartika terhenti, Pak Gatot marah. Kemudian dia mencengkeram kedua belah pantat Kartika dengan tangannya, dan memaksanya bergerak naik turun sampai akhirnya Kartika menggerakkan sendiri pantatnya naik turun secara refleks. Pak Gatot mencengkram pinggul Kartika, lalu membuat goyangan memutar sehingga ia merasakan sensasi luar biasa dengan goyangan mengebor Kartika itu.
“Oohh, sshh, shh”, Pak Gatot mendesah kenikmatan, sambil merasakan pantat Kartika yang empuk basah menduduki selangkanganya.
Ketika Pak Gatot hampir mencapai klimaks, dia memeluk Kartika dan berguling, sehingga posisi mereka kini bertukar, Kartika tidur di bawah dan Pak Gatot di atasnya. Sambil mencium bibir Kartika dengan sangat bernafsu dan meremas payudara Kartika, Pak Gatot terus menggenjot vagina Kartika. Tidak lama kemudian gerakan Pak Gatot terhenti. Pak Gatot mencabut penisnya keluar dari vagina Kartika dan segera menyemprotkan spermanya di sekitar bibir vagina Kartika. Kemudian dia menarik tangan kanan Kartika dan memaksa Kartika untuk meratakan sperma yang ada di sekitar vaginanya dengan tangannya sendiri.
Setelah itu Pak Heru, guru kimianya maju mengambil giliran memperkosa vagina Kartika. Ia mengangkat kedua kaki Kartika dan menyandarkannya diatas bahunya, Pak Heru menempelkan kepala penisnya di mulut vagina Kartika. Dengan kasar Pak Heru menyodokkan Penisnya dengan keras kedalam liang peranakan Kartika. Lalu ia mulai menggenjotnya. Hampir sepuluh menit Pak Heru memompa vagina Kartika dengan kasar, membuat vagina Kartika semakin terasa licin dan longgar. Sebelum mencapai puncaknya, Pak Heru mencabut penisnya dari vagina Kartika dan memaksa Kartika untuk membuka mulutnya lebar-lebar untuk menampung spermanya. Setelah itu, Pak Heru memaksa Kartika untuk berkumur dengan spermanya dan kemudian menelannya. Semua orang disitu tertawa senang melihat itu, sementara Kartika menahan jijik dan rasa malu yang luar biasa karena diperlakukan dengan hina seperti itu. Kini wajah Kartika terlihat mBLenger oleh sperma milik Pak Heru.
Semua posisi yang mungkin dibayangkan dalam hubungan seks sudah dipraktekkan oleh para Guru Kartika terhadap tubuh Kartika. Kali ini Kartika tidak kuat lagi menahan orgasmenya yang ke 20, dan dia mengalami orgasme hebat, namun tidak sehebat yang pertama. Cairan Vaginanya sudah mulai habis. Rongga vaginanya mulai mengering, karena cairan vaginanya sudah hampir habis dkeluarkan. Kartika merasakan sakit luar biasa pada rongga vaginanya. Ditambah penis para gurunya yang tak henti-hentinya menyodok dan menggesek rongga vaginanya yang kering, sehingga membuat rongga vaginanya lecet dan sobek. Hanya darah dari luka di rongga vaginanya lah yang membasahi daging kemaluannya dan burung yang tengah bersarang didalamnya.
Setelah delapan gurunya selesai memperkosa dirinya untuk kesekian kalinya, Kartika akhirnya pingsan karena kecapaian dan karena kesakitan yang menyerang seluruh tubuhnya terutama di vagina, anus dan juga kedua buah payudaranya. Kartika telah diperkosa secara habis-habisan selama empat jam lebih oleh gurunya sendiri. Dan semua kejadian itu direkam oleh Pak Bambang.
lebih-lebih ketika posisi kedua tangan Kartika yang terikat digantung keatas. Pak Andi menjilati dan menciumi ketik Kartika.
“Mmuuahh, ketek lo montok banget sih, rasanya asin tapi gurih dan baunya haruumm”
Liur Pak Andi membasahi ketiak Kartika. Kartika kembali disetubuhi dari 2 arah tentu saja lubang anus dan vaginanya. Kartika kini hanya bisa menggigit bibir sambil kakinya menendang-nendang ke segala arah, sambil sesekali seperti orang mengejan.
“Ouughh, arrkhh, ouhh, udah paa..ak perih, sakiitt, ouughh, aa, akh”
Kartika terus berontak seperti orang kesetanan. Karena dubur Kartika mulai mengering, Pak Andi kembali membasahi dubur Kartika dan batang penisnya sendiri dengan minyak goreng agar licin. Pak Andi menyodomi Kartika untuk ke 4 kalinya. Dilanjutkan dengan Pak Joko lagi, yang senang sekali main sodomi. Apalagi dapat pantat semontok pantat Kartika, ia semakin bernafsu menghancurkan anus Kartika (Anal Destruction).
Kemudian mereka kembali menelentangkan Kartika di lantai, lalu mereka maju semua mencari bagian-bagian tubuh Kartika yang bisa di gunakan untuk memuaskan penis mereka. Pak Joko memasukkan penisnya ke dalam mulut Kartika, dan memaksa mengulumnya. Pak Bambang menyarangkan Penisnya ke dalam memek Kartika yang berdarah-darah. Pak Andi melesakkan penisnya yang super besar dan panjang itu ke dalam lobang pantat Kartika yang sudah hancur. Pak Gatot menjepitkan penisnya di antara belahan payudara Kartika, kemudian menggosok-gosoknya sambil memelintir dan menarik puting susu Kartika yang coklat mungil dan membengkak. Pak Dono menaruh penisnya di tengah-tengah ketiak kanan Kartika yang gemuk putih dengan beberapa helai rambutnya, lalu menjepitnya dan memaju mundurkan penisnya di dalam jepitan ketiak Kartika. Sedangkan Pak Budi melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Pak Dono dengan Menjepitkan penisnya ke ketiak Kartika yang sebelah kiri. Sedangkan Pak Heru Meraih tangan kanan Kartika, kemudian memaksa tangannya mencengkram penisnya lalu membantu tangan Kartika untuk mengocoknya. Yang terakhir yaitu Pak Dion, melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Pak Heru dengan tangan Kiri Kartika.
Akhirnya Kartika yang sudah tidak kuatpun pingsan, dengan Vagina dan anusnya yang dalam keadaan rusak parah, dan terus mengeluarkan darah, sisa sperma, dan sisa cairan vagina dan duburnya. Kedua payudaranya bengkak memerah dan lecet-lecet, puting susunya yang coklat mungil sobek. Darah dan sperma berceceran dimana-mana. Sudah puas para guru tersebut, mereka membersihkan diri lalu meninggalkan tubuh Kartika yang bugil dan berlepotan darah dan sperma dalam keadaan pingsan.
Setelah para guru Kartika pergi, muncullah beberapa siswa pria di sekolah Kartika yang diam-diam mengikuti gurunya. Ketika menemui tubuh Kartika yang pingsan dalam keadaan telanjang bulat. Mereka mulai memperkosa tubuh Kartika yang masih tidak sadar. Satu diantara mereka menelepon teman-temannya di sekolah. Sekitar 20 menit kemudian datanglah sekitar 40 siswa laki-laki di sekolah Kartika. Lalu mereka mulai menikmati tubuh Kartika secara bergantian ataupun bersama-sama. Ketika sadar, Kartika hanya bisa teriak dan memohon, ia tidak punya cukup tenaga untuk melawan. Ia hanya bisa menyaksikan dirinya diperkosa oleh teman-temannya sendiri. Teman-temannya yang sudah lama bermimpi bisa menyetubuhi Kartika, akhirnya tercapai juga.
Setelah puas semua, mereka meninggalkan tubuh Kartika yang pingsan lagi untuk kesekian kalinya itu. Liang vaginanya sudah menganga sangat lebar, merah membengkak, dan sudah tidak berbentuk lagi. Dengan darah segar yang terus mengalir dari lobang vaginanya. Lobang duburnya pun sudah sangat lebar dengan keadaan rusak parah dengan bentuk berantakan, dengan darah, sperma dan cairan kekuningan yang keluar terus menerus dari liang duburnya. Dan dari sela-sela bibirnya mengalir sperma dan air liur dari dalam mulutnya. Wajahnya tetap cantik dengan masih mengenakan kacamata selama ia diperkosa. Tetapi menampakkan penderitaan yang begitu berat.
Karena merasa kasihan, beberapa temannya mengantarkan Kartika ke kostnya. Kartika selalu merasakan perih dan rasa sakit yang teramat sangat ketika ia harus buang air kecil. Karena liang pengeluaran air seninya masih bengkak dan agak tertutup lipatan daging mulut vaginanya yang sobek. Dan juga ketika buang air besar, karena lobang duburnya membuka sangat lebar dan belum mau menutup kembali. Jadi setiap saat, anusnya mengeluarkan kotorannya tanpa Kartika sadari.
Setelah peristiwa tersebut, Kartika terus mengunci diri dalam kamar dan diam membisu ketika ditanyai oleh teman ataupun keluarganya. Beberapa hari kemudian Kartika pulang ke asalnya, dan tinggal dengan ortunya. Kartika mengalami shock berat, dan tidak bisa melanjutkan sekolahnya. Sementara para guru yang memperkosa Kartika, bebas beraktivitas karena Kartika tidak berani memberi kesaksian. Kartika terperangkap dalam trauma perkosaan itu untuk selama hidupnya. Sedangkan para guru yang memperkosanya masih sibuk mencari mangsa siswinya yang lain.